Tragedi gagal bayar Argentina atas sejumlah utangnya pada kreditor Amerika Serikat (AS) bukan yang pertama kali terjadi. Sebelumnya pada 2001, Argentina juga sempat mengalami gagal bayar hingga dinyatakan bangkrut dan mengantarkan jutaan penduduknya menjadi rakyat miskin.
Tapi Argentina tak sendiri. Pada 2008, Zimbabwe, salah satu negara di kawasan Afrika juga mencatatkan kisah kelam dalam sejarah perekonomiannya. Kala itu, salah satu negara miskin di Afrika ini terlilit utang sebesar US$ 4,5 miliar.
Dengan kondisi ekonomi yang buruk. pemerintahnya juga harus berjuang mengatasi tingkat pengangguran yang semakin tak terkendali hingga mencapai 80 persen.
Sebelumnya, pada 2005, Zimbabwe bahkan dinobatkan sebagai negara dengan kemerosotan ekonomi tercepat dan terparah di dunia. Bagaimana kisah Zimbabwe bangkit dari keterpurukan ekonominya?.
Berikut kisah terjungkalnya ekonomi Zimbabwe seperti dikutip dariCNN, Billshrink.com, BBC News, dan sejumlah sumber lainnya, Senin (11/8/2014):
Kepentingan Politik
Demi mengusung sejumlah kepentingan politik pada 2000, pemerintah Zimbabwe mulai menggoncang sektor pertanian komersial domestik. Dengan ekspor Zimbabwe yang sangat bergantung pada pertanian dan peternakan, tindakan perusakan tersebut tentu berdampak sangat besar pada perekonomian negara.
Setelah sejumlah destruksi di sektor pertanian, produk domestik bruto Zimbabwe dengan cepat merosot dari US$ 6,8 miliar pada 2000 menjadi US$ 4,42 miliar pada 2008. Volume ekspor merosot tajam meski negara Afrika tersebut menyandang gelar eksportir tembakau terbesar di dunia.
Sejumlah masalah dengan perdagangan juga ikut mempengaruhi pendapatan masyarakat Zimbabwe. Setiap tahunnya sejak 2000, Zimbabwe terus mencatatkan pembengkakan defisit perdagangan yang membuat perekonomian di sana semakin memburuk.
Kejatuhan Ekonomi
Pada 2008, pemerintah Zimbabwe dilaporkan tengah berjuang mati-matian melawan penyakit kolera, kelangkaan pangan, inflasi parah dan konflik domestik. Maklum, saat itu rakyat berdemonstrasi meminta presiden yang tengah menjabat, Robert Mgabe turun dari kursinya.
Lebih buruk dari itu semua merupakan hyper inflasi di mana harga-harga barang naik tak terkendali. Demi mengatasi defisitnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dalam jumlah sangat besar dari pasar obligasi.
Pemerintah Zimbabwe tampaknya meminjam uang terlalu banyak hingga jumlahnya mencapai 131 persen dari PDB. Utang Zimbabwe tercatat mencapai US$ 4,5 miliar dan pemerintah harus menghadapi tantangan pengendalian jumlah pengangguran yang mencapai 80 persen.
Kondisi itu diperburuk dengan kondisi masyarakat di mana sejumlah wilayahnya menderita kekeringan hingga hampir setahun.
Perekonomian Merosot Tajam, Zimbabwe Bangkrut
Pada 2008, Zimbabwe memang benar-benar mengalami kejatuhan perekonomian dan berdampak sangat luas pada hampir seluruh masyarakatnya. Masyarakat Zimbabwe mulai berhenti menggunakan bank.
Tak hanya itu, penduduk Zimbabwe berhenti membayar pajak dan tak lagi menggunakan mata uang nasional sebagai alat transaksi jual belinya. Parahnya, sebuah studi yang digelar Yale University menunjukkan, Zimbabwe sebagai negara dengan kemerosotan ekonomi tercepat di dunia.
Akhirnya setelah dihantam dengan kondisi ekonomi yang buruk, Zimbabwe mendeklarasikan kebangkrutannya pada 2009. Meski demikian, sejumlah reformasi dan kebijakan ekonomi yang dilancarkan pemerintah mampu menyokong perekonomiannya hingga mampu bangkit secara perlahan.