Beberapa waktu yang lalu warga Indonesia sempat dihebohkan dengan berita tentang seorang pemulung yang menyumbangkan 2 ekor kambing untuk hewan kurban. Mak Yati dan suaminya menyimpan sedikit demi sedikit penghasilan mereka hingga akhirnya mampu membeli 2 ekor hewan kurban tersebut. Kisah kedermawanan orang miskin tersebut ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Di berbagai belahan dunia juga banyak kisah kedermawanan orang miskin yang luar biasa, beberapa diantaranya bahkan ada yang menyumbang hingga milyaran rupiah.
Chen Shu-chu
Chen Shu-chu (lahir sekitar tahun 1951) adalah seorang penjual sayur dan dermawan dari Taitung Taiwan Timur. Dia dengan sangat dermawan telah menyumbangkan penghasilannya yang tidak seberapa walaupun dia sendiri juga harus hidup dalam keadaan sederhana. Dia mengatakan bahwa uang akan memiliki arti hanya bila digunakan bagi mereka yang membutuhkan dan ia selalu merasa senang ketika ia bisa membantu orang lain. Total ia telah menyumbang sekitar $300.000 (sekitar 2,85 milyar rupiah).
Pada tahun 2010 ia dipilih sebagai salah satu Time 100 untuk kategori pahlawan. Dia juga termasuk sebagai adalah salah satu 48 heroes of Philanthropy oleh Forbes Asia. Reader's Digest juga menghormati dia sebagai pemenang 2010 Asian of the year. Pada tahun 2012, ia juga terpilih sebagai salah satu pemenang Ramon Magsaysay Award.
Albert Lexie
Albert Lexie adalah seorang penyemir sepatu dari Monessen, Pennsylvania yang terkenal karena kedermawanannya menyumbang untuk amal. Lexie telah bekerja di Children's Hospital of Pittsburgh sejak awal 1980-an. Sampai dengan Februari 2013, Lexie telah menyumbangkan uang senilai $200.000 (sekitar 1,9 milyar rupiah) yang didapat dari mengumpulkan uang tips selama karirnya untuk dana perawatan bagi orang yang tidak mampu.
Majalah People menganugerahi Lexie "All-Stars Among Us" dan organisasi Major League Baseball menghormatinya melalui Major League Baseball All-Star Game di Anaheim, California pada 13 Juli 2010. Pada tahun 2006, Lexie dilantik ke dalam Hall of Fame for Caring Americans oleh Caring Institute. Pada 12 Maret 2012, sebuah buku berjudul Albert's Kids: The Heroic Work of Shining Shoes for Sick Children (ISBN 143497278X) diterbitkan oleh RoseDog Books dan Children's Hospital of Pittsburgh Foundation yang didedikasikan sebagai autobiografi kehidupan Albert Lexie.
Chao Wen-cheng
Chao Wen-cheng adalah seorang tukang sapu yang bekerja paruh waktu di sebuah pabrik besi Ta Yi. Dibesarkan dalam keluarga miskin, ia bersumpah akan membantu anak-anak yang mengalami nasib sepertinya jika ia telah dewasa. Saat berusia 35 tahun ayah 5 orang anak ini mulai menyumbangkan sebagian dari penghasilannya.
Selain dari gajinya ia juga mengumpulkan kaleng, botol dan barang lain yang bisa didaur ulang untuk menambah jumlah uang yang bisa disumbangkannya. Ia masih terus melakukan hal ini walau penglihatannya mulai memudar dan kondisi keehatannya mulai menurun. Selama sedekade terakhir ia telah berhasil menyumbang sekitar $135.000 (sekitar 1,28 milyar rupiah). "Membantu orang lain selalu bisa membuat saya merasa tenang." katanya. "Satu-satunya balasan yang saya minta adalah anak-anak yang saya bantu bisa mendapatkan sekolah yang layak.
Bai Fang Li
Kisah kedermawanan Bai Fang Li dimulai saat ia melihat seorang anak laki-laki saat Bai Fang Li sedang beristirahat sehabis mengayuh becaknya. Anak kecil itu sedang bekerja membawa belanjaan seorang wanita.Beberapa kali Bai Fang Li melihat anak itu mondar-mandir membawa belanjaan orang lain, tersenyum penuh syukur menerima upahnya dan menyimpan uang itu rapi-rapi.
Tak lama kemudian dia melihat anak itu mengais tempat sampah, memungut roti, membersihkannya lalu memakannya dengan nikmat. Bai sangat heran kenapa anak itu tidak membeli makan saja dengan uang yang didapatnya. Ia lalu menghampiri anak itu, membagikan makanannya dan mengajaknya bicara.
Ternyata Wang Fing, nama anak berusia 6 tahun itu, menyimpan uangnya untuk memberi makan kedua adiknya yang masih kecil. Bai kemudian membawa ketiga anak itu kesebuah panti asuhan, kepada pengurus yayasan itu Bai mengatakan bahwa ia sendirilah yang akan mengantarkan semua penghasilannya setiap hari untuk memberi makan anak-anak itu.
Mulai saat itulah Bai setiap hari datang memberikan seluruh penghasilannya, hanya dipotong uang sewa rumahnya dan uang makannya saja. Ia bahkan tak pernah membeli pakaian, ia hanya mengais di tempat sampah untuk mendapatkan baju barunya. Saat berumur 90 tahun Bai menyerahkan penghasilan terakhirnya, dengan sedih ia berkata "Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan...". Bai akhirnya meninggal di usia 93 tahun. Total ia telah menyumbang sekitar 450 juta rupiah selama hidupnya.
Hong Zhong Hai
Hong Zhong Hei adalah seorang veteran perang. Pada tahun 1945 Hong ikut wajib militer untuk menggantikan kakaknya, padahal saat itu ia masih berusia 16 tahun dan baru saja menikah selama 6 bulan. Sejak itu ia berkali-kali ikut dalam berbagai perang. Baru pada tahun 1987 Hong mendapat kesempatan pulang ke kampung halamannya. Saat itu dia melihat istrinya ternyata telah menikah dengan orang lain. Ia kemudian memilih untuk hidup sendiri dan tidak menikah lagi.
Setelah pensiun dari militer, Hong mulai menghemat uang pensiunnya untuk disumbangkan. Ia hanya menghabiskan sekitar 297 ribu rupiah untuk biaya hidupnya sebulan, dan menabung sisanya untuk disumbangkan. Pada tahun 2010 kakek ini berhasil menyumbangkan sekitar 1,78 miliar rupiah untuk orang-orang yang membutuhkan. Selain itu ia juga sering membantu janda dari rekan-rekannya semasa berperang.
Wang Zhiyou
Wang Zhiyou adalah seorang pengemis yang berasal dari desa Yongping, China. Pengemis ini telah melakoni pekerjaannya selama 15 tahun dan mendapat julukan "Pengemi Dermawan Dari Timur Laut". Ia bisa mengemis dengan berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang lain.
Wang akan mengemis di suatu kota selama sebulan, setelah itu ia akan menyumbangkan seluruh penghasilannya selama sebulan itu kepada orang yang membutuhkan sebelum kemudian pindah ke kota yang lain. Selama 15 tahun Wang total telah menyumbang sekitar 57 juta rupiah.
Chen Shu-chu (lahir sekitar tahun 1951) adalah seorang penjual sayur dan dermawan dari Taitung Taiwan Timur. Dia dengan sangat dermawan telah menyumbangkan penghasilannya yang tidak seberapa walaupun dia sendiri juga harus hidup dalam keadaan sederhana. Dia mengatakan bahwa uang akan memiliki arti hanya bila digunakan bagi mereka yang membutuhkan dan ia selalu merasa senang ketika ia bisa membantu orang lain. Total ia telah menyumbang sekitar $300.000 (sekitar 2,85 milyar rupiah).
Pada tahun 2010 ia dipilih sebagai salah satu Time 100 untuk kategori pahlawan. Dia juga termasuk sebagai adalah salah satu 48 heroes of Philanthropy oleh Forbes Asia. Reader's Digest juga menghormati dia sebagai pemenang 2010 Asian of the year. Pada tahun 2012, ia juga terpilih sebagai salah satu pemenang Ramon Magsaysay Award.
Albert Lexie
Albert Lexie adalah seorang penyemir sepatu dari Monessen, Pennsylvania yang terkenal karena kedermawanannya menyumbang untuk amal. Lexie telah bekerja di Children's Hospital of Pittsburgh sejak awal 1980-an. Sampai dengan Februari 2013, Lexie telah menyumbangkan uang senilai $200.000 (sekitar 1,9 milyar rupiah) yang didapat dari mengumpulkan uang tips selama karirnya untuk dana perawatan bagi orang yang tidak mampu.
Majalah People menganugerahi Lexie "All-Stars Among Us" dan organisasi Major League Baseball menghormatinya melalui Major League Baseball All-Star Game di Anaheim, California pada 13 Juli 2010. Pada tahun 2006, Lexie dilantik ke dalam Hall of Fame for Caring Americans oleh Caring Institute. Pada 12 Maret 2012, sebuah buku berjudul Albert's Kids: The Heroic Work of Shining Shoes for Sick Children (ISBN 143497278X) diterbitkan oleh RoseDog Books dan Children's Hospital of Pittsburgh Foundation yang didedikasikan sebagai autobiografi kehidupan Albert Lexie.
Chao Wen-cheng
Chao Wen-cheng adalah seorang tukang sapu yang bekerja paruh waktu di sebuah pabrik besi Ta Yi. Dibesarkan dalam keluarga miskin, ia bersumpah akan membantu anak-anak yang mengalami nasib sepertinya jika ia telah dewasa. Saat berusia 35 tahun ayah 5 orang anak ini mulai menyumbangkan sebagian dari penghasilannya.
Selain dari gajinya ia juga mengumpulkan kaleng, botol dan barang lain yang bisa didaur ulang untuk menambah jumlah uang yang bisa disumbangkannya. Ia masih terus melakukan hal ini walau penglihatannya mulai memudar dan kondisi keehatannya mulai menurun. Selama sedekade terakhir ia telah berhasil menyumbang sekitar $135.000 (sekitar 1,28 milyar rupiah). "Membantu orang lain selalu bisa membuat saya merasa tenang." katanya. "Satu-satunya balasan yang saya minta adalah anak-anak yang saya bantu bisa mendapatkan sekolah yang layak.
Bai Fang Li
Kisah kedermawanan Bai Fang Li dimulai saat ia melihat seorang anak laki-laki saat Bai Fang Li sedang beristirahat sehabis mengayuh becaknya. Anak kecil itu sedang bekerja membawa belanjaan seorang wanita.Beberapa kali Bai Fang Li melihat anak itu mondar-mandir membawa belanjaan orang lain, tersenyum penuh syukur menerima upahnya dan menyimpan uang itu rapi-rapi.
Tak lama kemudian dia melihat anak itu mengais tempat sampah, memungut roti, membersihkannya lalu memakannya dengan nikmat. Bai sangat heran kenapa anak itu tidak membeli makan saja dengan uang yang didapatnya. Ia lalu menghampiri anak itu, membagikan makanannya dan mengajaknya bicara.
Ternyata Wang Fing, nama anak berusia 6 tahun itu, menyimpan uangnya untuk memberi makan kedua adiknya yang masih kecil. Bai kemudian membawa ketiga anak itu kesebuah panti asuhan, kepada pengurus yayasan itu Bai mengatakan bahwa ia sendirilah yang akan mengantarkan semua penghasilannya setiap hari untuk memberi makan anak-anak itu.
Mulai saat itulah Bai setiap hari datang memberikan seluruh penghasilannya, hanya dipotong uang sewa rumahnya dan uang makannya saja. Ia bahkan tak pernah membeli pakaian, ia hanya mengais di tempat sampah untuk mendapatkan baju barunya. Saat berumur 90 tahun Bai menyerahkan penghasilan terakhirnya, dengan sedih ia berkata "Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan...". Bai akhirnya meninggal di usia 93 tahun. Total ia telah menyumbang sekitar 450 juta rupiah selama hidupnya.
Hong Zhong Hai
Hong Zhong Hei adalah seorang veteran perang. Pada tahun 1945 Hong ikut wajib militer untuk menggantikan kakaknya, padahal saat itu ia masih berusia 16 tahun dan baru saja menikah selama 6 bulan. Sejak itu ia berkali-kali ikut dalam berbagai perang. Baru pada tahun 1987 Hong mendapat kesempatan pulang ke kampung halamannya. Saat itu dia melihat istrinya ternyata telah menikah dengan orang lain. Ia kemudian memilih untuk hidup sendiri dan tidak menikah lagi.
Setelah pensiun dari militer, Hong mulai menghemat uang pensiunnya untuk disumbangkan. Ia hanya menghabiskan sekitar 297 ribu rupiah untuk biaya hidupnya sebulan, dan menabung sisanya untuk disumbangkan. Pada tahun 2010 kakek ini berhasil menyumbangkan sekitar 1,78 miliar rupiah untuk orang-orang yang membutuhkan. Selain itu ia juga sering membantu janda dari rekan-rekannya semasa berperang.
Wang Zhiyou
Wang Zhiyou adalah seorang pengemis yang berasal dari desa Yongping, China. Pengemis ini telah melakoni pekerjaannya selama 15 tahun dan mendapat julukan "Pengemi Dermawan Dari Timur Laut". Ia bisa mengemis dengan berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang lain.
Wang akan mengemis di suatu kota selama sebulan, setelah itu ia akan menyumbangkan seluruh penghasilannya selama sebulan itu kepada orang yang membutuhkan sebelum kemudian pindah ke kota yang lain. Selama 15 tahun Wang total telah menyumbang sekitar 57 juta rupiah.
Labels:
Inspiratif
Thanks for reading Orang Miskin Paling Dermawan. Please share...!